Kata Kota Kita

Toeti Heraty, salah satu pemikir terbaik Indonesia sadar betul menggunakan judul karya “Tentang Manusia Indonesia dsb.” tentu dibayangi oleh suatu ceramah tahun 1977 di Taman Ismail Marzuki (Jakarta) oleh Mochtar Lubis (Buku diterbitkan tahun 2001), dan bukan itu saja, tambahan dsb. pun terinspirasi oleh buku yang berjudul “Indonesia Etc,: Exploring The Improbable Nation” yang ditulis oleh Elizabeth Pisani (2004).

Bekerja bersama masyarakat dan komunitas artinya mengenal lebih dekat keseharian manusia Indonesia. Beragam, kompleks, dan kaya pengetahuan adalah deskripsi yang paling pas untuk menjelaskan 'manusia Indonesia'.

Buku bergambar ini tidak melulu berbicara tentang perkotaan dan pembangunan. Premis buku yang mendukung proses pengumpulan dan rekaman data manusia dalam kehidupan sehari-hari sangat relevan untuk para peneliti urban dimanapun.

'Dear Data' memuat dokumentasi dan analisis dari kegiatan pertukaran informasi kedua penulis lewat kartu pos yang memuat data dari kehidupan mereka sehari-hari. Mulai dari berapa banyak dan tipe manusia yang mereka temui dalam sehari, jadwal keberangkatan komuter, hingga jenis suara yang mereka dengar di kota. Sebuah inisiatif yang menarik dan menginsipirasi, juga mengingatkan kalau semua hal bisa dipetakan, dihitung, dan diukur. Memiliki 'buku harian data' atau dokumentasi data dapat membantu seseorang memahami lebih jeli tentang pola kehidupannya dan menentukan prioritas.

Tidak sabar segera membaca dan melihat ilustrasi buku ini dalam versi digital!

Di Kota Kita, kami biasa menggunakan hasil pemetaan menggunakan GIS (geographic information system) atau sistem informasi geografis untuk secara jeli melihat, memahami, dan menerjemahkan pola, hubungan, dan kecenderungan referensi geografis dan spasial sebuah kota. Untuk para calon periset urban, kami menyarankan buku ini sebagai perkenalan terhadap teknologi GIS!

Bacaan menarik menjelang Pemilihan Kepala Daerah yang akan diadakan serentak tanggal 15 Februari. Selamat memilih, warga kota!

"Any city, however small, is in fact divided into two, one the city of the poor, the other of the rich."

Memahami konsep perkotaan dan keadilan sosial melalui sebuah karya klasik dari salah satu pemikir terbesar sepanjang masa. Sangat menarik.

Premis utama buku ini mengatakan kalau interaksi sosial, keberadaan ruang interaksi, dan keleluasan bergerak seorang warga kota adalah syarat untuk mewujudkan kehidupan perkotaan yang lebih bahagia.

Di dalam buku ini Amartya Sen menuliskan bahwa "Kebebasan (manusia) adalah tujuan akhir sekaligus cara mencapai pembangunan." Buku yang menarik, menawarkan beberapa cara baru melihat dialektika antara Pembangunan (Development) dan Kebebasan (Freedom) serta bagaimana proses pembangunan mampu menyediakan ruang untuk manusia memiliki kebebasan seperti: akses terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan, hak politik dan kewarganegaraan, dan kesetaraan.