Vito pergi meninggalkan ayahnya. Melangkah bersama air mata.
Beranjak bersama bahagia bercampur luka. Pertemuan itu nyata, tetapi
bahagia tetaplah fiksi.
Vino lelah melawan rindu. Dia bisa mengerti bahwa Vito untuk ibu,
Vino untuk ayah. Namun sulit untuk dia pahami bahwa rindu yang dibagi
tak boleh bersisa luka.
Si kembar Vito dan Vino harus terpisah karena perceraian orang tua.
Dari jauh mereka didera rindu, jauh lebih deru dari angin dendam yang
menari di Danau Sidenreng.